Rabu, 01 April 2015

Pendidikan kewarganegaraan (Provinsi)


Nama Resmi
:
Provinsi Bengkulu
Ibukota
:
Bengkulu
Luas Wilayah
:
19.919,33 Km2 *)
Jumlah Penduduk
:
1.923.875 Jiwa *)
Suku Bangsa
:
Suku Rejang, Suku Serawai, Suku Melayu, Suku Mukomuko, Suku Ketahun, Suku lembak, Suku Enggano, Suku Pasemah, Suku pendatang dll.
Agama
:
Islam : 95,27 %, Kristen Protestaan : 3,59 %, Hindu : 0,73%, Budha : 0,41 %
Wilayah Administrasi
:
Kab.: 9,  Kota : 1, Kec.: 126, Kel.: 172, Desa : 1.341 *)
Lagu Daerah
:
Lalan Balek
Website:
:
 *) Sumber : Permendagri Nomor 39 Tahun 2015

Propinsi Bengkulu 



Sejarah Bengkulu

Islam masuk ke Bengkulu pada abad XV (dari jawa). Perang Bengkulu-Aceh terjadi dua kali pada abad XVI dan XVII. Kesultanan-kesultanan di Bengkulu ketika itu: Selebar, Sungai Limau, dan Anak Sungai. Armada Aceh membuka serangan ke Selebar.

Kapal induk Aceh menunggu di laut bersama induk pasukan, sedangkan kapal-kapal yang lebih kecil memasuki Sungai Serut. Pihak Selebar mampu menahan serangan itu karena menutup Sungai Serut dengan rintangan sehingga kapal induk Aceh tidak mampu memberi bantuan pada pasukannya yang lebih dahulu masuk. Zaman prasejarah Bengkulu sudah dihuni manusia. Para pendatang dari Asia berbaur dengan manusia purba sekitar 4000 – 2000 SM. Sebagian masuk ke pedalaman, sementara yang lain menghuni daerah pantai. Ini merupakan cikal bakal suku bangsa Neo-Malayan. Bagian suku bangsa itu antara lain : suku Rejang (Rejang Lebong dan Bengkulu Selatan), Serawai / Pasemah (Bengkulu Selatan), Kaur (Bintuhan), Lembak di Kota Bengkulu dan sekitar Kepala Curup). Bengkulu (Kota Bengkulu) dan suku Katahun (Muko-muko).

Tonggak sejarah Bengkulu

1664 – VOC mendirikan perwakilan di Bengkulu, namun enam tahun kemudian Belanda menutup sementara kantornya dan dibuka kembali tahun 1824.

24 Juni 1685  Inggris masuk ke Bengkulu, namun mereka mendarat di Pulau Tikus ( 1 km dari kota pusat kota Bengkulu) dan disambut oleh agen niaganya. Mereka tidak masuk ke pelabuhan  Selebar (daerah Pulau Baai) karena kapal Sultan Banten dan kapal Belanda sedang bersandar di sana.
16 Agustus 1695  Perjanjian Inggris – Bengkulu ditandatangani. Isinya monopoli lada, izin membangun loji, dan mengadili penduduk yang berbuat salah. Inggris terus memperluas wilayahnya sampai ke Muko-muko.

1692  Inggris mendirikan pos di Triamang, Lais, Ketahun, Ipuh, Bantal, Seblat (1700), selanjutnya Pada tahun 1701 mereka memperluas daerah ke arah Seluma, Manna, Kaur, dan Krui. 1718 Inggris membangun benteng Marlborough, sebelumnya sudah didirikan benteng York. Rakyat Bengkulu merupakan ancaman bagi Inggris. Di Bantal, Muko-muko, pemberontakan rakyat dipimpin Sultan Mansyur dan Sultan Sulaiman. Itu sebabnya Inggris merasa perlu membangun benteng tersebut. Pemberontakan itu (1719) membuat Inggris kawatir dan akhirnya meninggalkan Bengkulu. 1724  Inggris kembali lagi. Dengan perjanjian yang lebih lunak yang di tanda tangani pada 17 April 1724

15 Desember 1793 Captain Hamilton, pimpinan Angkatan Laut Inggris dibunuh rakyat Bengkulu. Dan pada 1807 rakyat Bengkulu kembali membunuh Residen Thomas Parr.
17 Maret 1824 Traktaat London (Perjanjian London) yang berisikan pertukaran daerah koloni antara Inggris dan Belanda. Tercantum, Bengkulu diserahkan kepada Belanda oleh Inggris dan Belanda menyerahkan Singapura kepada Inggris..23 Februari 1942 Jepang masuk kota Curup dan terus ke kota Bengkulu.

Sejarah Pemerintahan

Berdasarkan sejarahnya, daerah Bengkulu pernah berada di bawah kekuasaan kolonial Inggris, Belanda, dan Jepang (dari tahun 1685 sampai tahun 1945). Secara resmi, setelah Indonesia merdeka, Keresidenan Bengkulu dibentuk oleh Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 12 Oktober 1945.

Pada masa kolonial Belanda sampai tahun 1942, Keresidenan Bengkulu terdiri dari daerah-daerah yang saat ini merupakan bagian dari Provinsi Bengkulu ditambah dengan daerah-daerah Krui, Tanjung Sakti, dan Muara Sindang. Akan tetapi, pada masa pendudukan Jepang dan pada masa Revolusi fisik, daerah-daerah Krui, Tanjung Sakti, dan Muara Sindang tersebut dimasukkan kedalam Keresidenan Palembang dan Lampung. Perkembangan administrasi di bengkulu secara ringkas adalah sebagai berikut,
1. Tahun 1878-1945, daerah Bengkulu merupakan daerah administrasi Keresidenan.
2. Tahun 1945-1947, daerah Bengkulu merupakan daerah administrasi dengan hak mengatur rumahtangga sendiri dan pada waktu itu terdapat pula sistem K.N.I. Keresidenan.
3. Tahun 1947-1950, daerah Bengkulu merupakan daerah administrasi dengan hak mengatur rumahtangga sendiri dan pada waktu itu K.N.I. Keresidenan menjadi DPR Keresidenan.
4. Tahun 1950-1968, daerah Bengkulu merupakan daerah administrasi lagi, sedangkan DPR Keresidenan dibubarkan.
5. Tahun 1968- … , daerah Bengkulu menjadi provinsi otonom yang berdiri sendiri dan dikepalai oleh seorang Gubernur
Provinsi Bengkulu terbentuk berdasarkan UU No. 9 tahun 1967 yang direalisasikan dengan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1968. Perjalanan sejarah Bengkulu menjadi sebuah provinsi yang otonom dapat dibagi menjadi tujuh periode. Periode I, sebelum tahun 1685, di bawah pengaruh atau mengadakan kontak dagang dengan Kesultanan Banten. Periode II, tahun 1685-1824, di bawah kekuasaan pemerintahan Inggris sebagai daerah jajahan. Periode III, tahun 1824-1942, di bawah kekuasaan Pemerintah Kolonial Belanda sebagai daerah jajahan. Periode IV, tahun 1942-1945, di bawah kekuasaan Jepang. Periode V, tahun 1945-1946, menjadi bagian dari Provinsi Sumatera. Periode VI, tahun 1946-1968, menjadi bagian wilayah Provinsi Sumatera Selatan. Periode VII, melepaskan diri dari Provinsi Sumatera Selatan dan menjadi Provinsi Bengkulu.
Wilayah Provinsi Bengkulu yang dibentuk berdasarkan UU No. 9 tahun 1967 tersebut meliputi wilayah bekas Keresidenan Bengkulu dengan luas wilayahnya 19.813 km2, terdiri dari empat Daerah Tingkat II, yaitu Kotamadya Bengkulu yang terdiri dari dua kecamatan, Kabupaten Bengkulu Utara (ibukota Argamakmur) yang terdiri dari 13 kecamatan, Kabupaten Bengkulu Selatan (ibukota Manna) yang terdiri dari 11 kecamatan, dan Kabupaten Rejang Lebong (ibukota Curup) yang terdiri dari 10 kecamatan. Wilayah kecamatan yang dipimpin oleh seorang camat dibagi lagi ke dalam marga dipimpin oleh seorang pasirah dan pasar yang dipimpin oleh datuk.

Gubernur/Kepala Daerah sebagai kepala pemerintahan yang pernah memimpin propinsi Bengkulu :
1.      Ali Amin (1968 – 1974)
2.      Abdul Chalik (1974 – 1979)
3.      Suprapto (1979 – 1989)
4.      H.A Razie Yahya (1989 – 1994)
5.      Adjis Achmad (1994 – 1999)
6.      Djalal Bachtiar (1999)
7.      Hasan Zen (1999 – 2004)
8.      Seman Widjojo (2004 - 2005)
9.      Agusrin M Najamuddin (29 Nopember 2005 – 2011)
10.  H. Junaidi Hamsyah (2012 - 2015)

Arti Logo

  • Lambang Daerah Provinsi Bengkulu berbentuk tameng.
  • Ditengah-tengah terdapat tameng kecil yang di dalamnya berisikan setangkai padi dan setangkai kopi bersama daunnya.
  • Sedangkan ditengah-tengahnya terdapat bunga Rafllesia, rudus, cerana dan bintang besar.
  • Sebuah pita dengan bertuliskan : "BENGKULU".
  • Makna Warna di dalam Lambang sebagai berikut:
· Hijau : Kesuburan,
· Biru : Kemakmuran,
· Merah : Dinamika Kegembiraan,
· Ungu : Ketenangan kedamaian,
· Kuning : Kejayaan.
Warna hijau di atas tameng mencerminkan daerah pegunungan Bukit Barisan dengan tanahnya yang subur sebagai batas tanah daerah Provinsi Bengkulu sebelah Timur, warna biru berombak dengan 18 (delapan belas) gelombang berarti Laut dengan sumber kekayaan sebagai batas daerah Propinsi Bengkulu sebelah Barat.
Dalam tameng kecil di sebelah kiri terdapat setangkai padi yang berwarna kuning. Buah padi bercelah 17 (tujuh belas) butir melambangkan tanggal 17. Disebelah kanan terdapat setangkai bunga kopi berwarna putih dan buah kopi berwarna hijau, bunga kopi berwarna putih dan buah kopi berjumlah 8 (delapan) melambangkan bulan Agustus. Tulang daun kopi bagian atas berjumlah 4 (empat) garis. bagian bawah berjumlah 5 (lima) garis melambangkan tahun 1945, arti keseluruhannya HARI PROKLAMASI KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA (17-8-1945)
Garis gelombang 18 (delapan batas) melambangkan tanggal 18,Daun kopi berjumlah 11 (sebelas) helai melambangkan bulan November, Bunga kopi setiap tangkai berjumlah 6 (enam) dan buah kopi setiap tangkai berjumlah 8 (delapan). Arti keseluruhannya adalah hari kelahiran Provinsi Bengkulu (18 November 1968)

Nilai Budaya

·         Kain bersurek, merupakan kain bertuliskan huruf Arab gundul. 

·         Kepercayaan, pada umumnya masyarakat di Provinsi Bengkulu 95 % lebih menganut agama Islam. 

·         Upacara Adat, banyak dilakukan masyarakat di Provinsi Bengkulu seperti, sunatan rasul, upacara adat perkawinan, upacara mencukur rambut anak yang baru lahir. 

·         Upacara Adat
Salah satu upacara tradisional di Kota Bengkulu adalah upacara “TABOT" yaitu suatu isional yang dilaksanakan dari tanggal 1 sampai dengan tanggal 10 Muharam setiap tahunnya untuk memperingati gugurnya Hasan dan Husen cucu Nabi Muhammad SAW oleh keluarga Yalid dari kaum Syiah, dalam perperangan di Karbala pada tahun 61 Hijriah. 
Pada perayaan TABOT tersebut dilaksanakan berbagai pameran serta lomba ikan-ikan, telong-telong  serta kesenian lainnya yang diikuti oleh kelompok-kelompok kesenian yang ada di Provinsi Bengkulu sehingga menjadikan ajang hiburan rakyat dan menjadi salah satu kalender wisata tahunan. 


Falsafah hidup masyarakat setempat 

·         Sekundang setungguan Seio Sekato.
Bagi masyarakat Bengkulu pembuatan kebijakan yang menyangkut kepentingan bersama yang sering kita dengar dengan bahasa pantun yaitu :  

·         Kebukit Samo Mendaki, Kelurah Samo Menurun, Yang Berat Samo dipikul, Yang Ringan Samo Dijinjing, artinya dalam membangun, pekerjaan seberat apapun jika sama-sama dikerjakan akan terasa ringan juga. 
·         Bulek Air Kek Pembuluh, Bulek Kata Rek Sepakat, artinya bersatunya air dengan bambu, bersatunya pendapat dengan musyawarah.

Flora dan Fauna               

Bunga Bangkai Flora Khas Bengkulu

 

Provinsi Bengkulu memilih dan menetapkan Bunga Bangkai sebagai tumbuhan khas atau flora identitas provinsi. Bunga Bangkai atau Suweg Raksasa merupakan tumbuhan dari famili Araceae (talas-talasan). Nama latin bunga ini adalah Amorphophallus titanum (Becc.) Becc., dengan nama sinonim Amorphophallus selebicus Nakai dan Conophallus titanum Becc.

Beruang Madu Fauna Khas Bengkulu

 

Mendampingi Bunga Bangkai, provinsi Bengkulu menetapkan Beruang Madu sebagai hewan khas atau Fauna Identitas provinsinya. Meskipun hewan dari famili Ursidae ini bukan hewan endemik Indonesia, namun dengan habitat alaminya di pulau Sumatera dan Kalimantan wajar jika kemudian masyarakat Bengkulu menasbihkannya sebagai maskot provinsi Bengkulu. Di Kalimantan, binatang inipun menjadi maskot kota Balikpapan.


MALUKU


Luas Wilayah :
·         Luas Wilayah : 712.479,69. Km².
·         Luas daratan : 54.185. Km².
·         Luas lautan : 658.294,69. Km².
·         Perbandingan : 1 : 9
Daratan propinsi Maluku seluas 85.728. Km² atau 8.572.800 Ha terdiri dari 3 bagian yakni :
·         Tanah datar seluas : 1.251.630 Ha (14,6%)
·         Tanah berombak seluas : 2.417.530 Ha (28,2%)
·         Tanah bukit dan pegunungan : 4.903.640 Ha (57,2%)

Tanah dataran tinggi hampir tidak ada. Pegunungan merupakan sebuah punggung yang membentang ditengah-tengah pulau membentuk deretan gunung dengan ketinggian tertinggi 3.055 m.
Provinsi Maluku merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 632 pulau besar dan kecil. Pulau terbesar adalah Pulau Seram (18.625 Km²) disusul Pulau Buru (9.000 Km²), pulau Yamdena (5.085 Km²) dan Pulau Wetar (3.624 Km²).
Pulau-pulau di daerah ini dapat digolongkan atas dua bagian utama yaitu pulau vulkanis dan pulau karang yang terjadi dari pertemuan anatara system orogenetik dan lingkar pasifik dengan system orogenetik sunda. Di pulau-pulau ini terdapat empat gunung , 11 danau dan 113 sungai besar dan kecil, sekitar 83% desa di provinsi ini berada pada ketinggian 0-100 m dari permukaan laut.
Batas Wilayah
Propinsi Maluku dengan Ibukota Ambon, terletak diantara 3˚ Lintang Utara 8.30˚ Lintang Selatan dan 125˚ - 135˚ Bujur Timur dengan batasan sebagai berikut :
1.      di sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Maluku Utara
2.      di sebelah selatan berbatasan dengan Negara Timor Leste dan Australia
3.      di sebelah barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah
4.      di sebelah timur berbatasan dengan Propinsi Irian Jaya

Demografi Wilayah
Propinsi Maluku terdiri dari ribuan pulau-pulau kecil. Ibu kotanya adalah Ambon. Propinsi ini disebut juga dengan "Kepulauan rempah-rempah" karena propinsi ini merupakan penghasil cengkeh dan pala. Penduduk asli Propinsi Maluku adalah orang Ambon. Banyak pula orang-orang dari daerah lainnya yang menetap di Maluku, misalnya orang Jawa dan orang Bugis yang datang ke sana sebagai pedagang.
Beberapa tahun yang lalu Propinsi Maluku dibagi menjadi dua, yaitu Propinsi Maluku Utara dan Propinsi Maluku Selatan.
Hasil Sensus tahun 2000 jumlah penduduk Propinsi Maluku sebanyak 1.200.000 jiwa .Sebagian besar penduduk daerah ini berdiam di wilayah pedesaan pada tahun 1995 : 75,43 %, umumnya terletak di pesisir pantai sedangkan yang berdiam di daerah perkotaan sekitar 24,57 %.
Penyebaran penduduk tidak merata, dimana konsentrasi penduduk pada umumnya di pulau-pulau kecil seperti Ambon, Kepulauan Lease, Kei Kecil dan sebagian pulau sedang dan besar dapat dikatakan jarang penduduknya.
IKLIM DAN TOPOGRAFI WILAYAH
Topografi
Terdiri dari gunung-gunung, pulau-pulau yang memanjang dari Barat ke Timur dan dari Utara ke Selatan sepanjang 1150 Km².
Iklim dan Klasifikasi
Daerah Maluku mengenal 2 musim yakni : musim barat atau utara dan tenggara dan timur yang di selingi oleh dua macam pancaroba yang merupakan transisi kedua musim tersebut.
Musim barat di Maluku berlangsung dari bulan Desember sampai bulan Maret, sedangkan bulan April adalah masa transisi ke musim tenggara. Musim tenggara berlaku rata-rata 6 bulan berawal dari bulan Mei dan berakhir pada bulan Oktober. Masa transisi ke musim barat adalah pada bulan November.
Keadaan musim tidak homogen dalam arti setiap musim berlaku di daerah ini memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada daratan maupun lautannya. Temperatur rata-rata 26,2 C˚ (di Maluku Tenggara terutama pada musim hujan).

Klasifikasi
Berdasarkan klasifikasi Koppen, iklim di Maluku tergolong type Alpa, dan hanya sebagian kecil yang tergolong type Ae, seperti daerah-daerah Obi, Tual dan Dobo.
Berdasarkan klasifikasi Schmid Fergusen, iklim di Maluku tergolong type A dan B dan hanya sebagian kecil saja tergolong type C seperti Daerah Tual ( Maluku Tenggara ).
Keadaan curah hujan di Maluku dapat dibagi 4 katagori :
a. Curah Hujan di Maluku 1.000 mm/thn. Terjadi di pulau Wetar dan sekitarnya.
b. Curah hujan antara 1.000 - 2.000 mm/thn, terjadi di pulau babar, Tanibar, Aru dan sebagian pulau Buru, kepulauan Sula, Bacan dan sekitar Tobelo.
c. Curah hujan antara 2.000 - 3.000 mm/thn. Terjadi di pulau Seram, Gorom, Obi, Morotai dan Kei Kecil.
d. Curah hujan lebih dari 3.000 mm/thn terdapat dipulau Lease, pulau Kei kecil, P.Ambon dan Kao.
- Curah hujan tertinggi terdapat di gunung Darlisa (di pulau Seram bagian barat sebesar 3.384 mm / tahun.
- Curah hujan terendah terdapat di Tiwakr (pulau Wetar) sebesar 991 mm/tahun.
Sosial Budaya Provinsi Maluku
            Suku bangsa Maluku didominasi oleh suku bangsa Melanesia Pasifik, yang masih berkerabat dengan Fiji, Tonga, dan beberapa bangsa kepulauan yang tersebar di kepulauan Samudera Pasifik.
            Banyak bukti kuat yang merujuk bahwa Maluku memiliki ikatan tradisi dengan bangsa-bangsa kepulauan pasifik, seperti bahasa, lagu-lagu daerah, makanan, serta perangkat peralatan rumah tangga dan alat musik khas, contoh: ukulele (yang terdapat dalam tradisi budaya Hawai).
            Mereka umumnya memiliki kulit gelap, rambut ikal, kerangka tulang besar, dan profil tubuh yang lebih atletis dibanding dengan suku-suku lain di Indonesia, dikarenakan mereka adalah suku kepulauan yang mana aktivitas laut seperti berlayar dan berenang merupakan kegiatan utama bagi kaum pria.
            Pada massa modern saat ini, banyak diantara mereka yang sudah memiliki darah campuran dengan suku lain, perkawinan dengan suku Minahasa, Sumatera, Jawa, dengan bangsa Eropa (umumnya Belanda) sudah lazim di massa modern ini, dan melahirkan keturunan-keturunan baru, yang mana sudah bukan ras melanisia murni lagi. Beberapa suku yang berada di Maluku, diantaranya; suku Ambon, suku Lumoli, suku Nuaulu, dan suku Rana.
Sebelum bangsa Portugis menginjakkan kakinya di ternate (tahun 1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai bahasa perdagangan. Bahasa Melayu Ambon berbeda dengan bahasa Melayu ternate karena pada zaman dahulu suku-suku di Ambon dan yang tentunya mempengaruhi perkembangan bahasa Melayu Ambon sangat berbeda dari suku-suku yang ada di Ternate. Masing-masing bentuk bahasa Melayu mempunyai peran penting dalam masyarakat Maluku sebagai dasar untuk bahasa nasional. Lagu daerah yang akrab dinyanyikan masyarakat, yaitu Sarinande dan Burung Kakak Tua.
            Jika di rinci berdasarkan pemeluk agama, pada umumnya penduduk Provinsi Maluku beragama Islam sebanyak 780.579 orang, Kristen 399.879 orang, Katolik 95.201 orang, Hindu 2.619 orang, Budha 461 orang, Konghucu 221 orang, dan lain-lainnya 135 orang. Jumlah tempat ibadah, meliputi Masjid sebanyak 1,028 buah, Gereja 1.130 buah, Pura 13 buah, dan Vihara sebanyak 5 buah. Meskipun memiliki penganut agama yang berbeda, namun kerukunan antar umat beragama terjaga dengan baik.

Sejarah Ringkas Maluku
            Maluku merupakan salah satu propinsi tertua dalam sejarah Indonesia merdeka, dikenal dengan kawasan Seribu Pulau serta memiliki keanekaragaman sosial budaya dan kekayaan alam yang berlimpah. Secara historis kepulauan Maluku terdiri dari kerajaan-kerajaan Islam yang menguasai pulau-pulau tersebut. Oleh karena itu, diberi nama Maluku yang berasal dari kata Al Mulk yang berarti Tanah Raja-Raja. Daerah ini dinyatakan sebagai propinsi bersama tujuh daerah lainnya : Kalimantan, Sunda Kecil, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Sumatera, hanya dua hari setelah bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun secara resmi pembentukan Maluku sebagai propinsi daerah tingkat I RI baru terjadi 12 tahun kemudian, berdasarkan Undang Undang Darurat Nomor 22 tahun 1957 yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 20 tahun 1958
Seperti daerah-daerah lainnya di Indonesia, Kepulauan Maluku memiliki perjalanan sejarah yang panjang dan tidak dapat dilepaskan dari sejarah Indonesia secara keseluruhan. Kawasan kepulauan yang kaya dengan rempah-rempah ini sudah dikenal di dunia internasional sejak dahulu kala. Pada awal abad ke-7 pelaut-pelaut dari daratan Cina, khususnya pada zaman Dinasti Tang, kerap mengunjungi Maluku untuk mencari rempah-rempah. Namun mereka sengaja merahasiakannya untuk mencegah datangnya bangsa-bangsa lain ke daerah ini.
Pada abad ke-9 pedagang Arab berhasil menemukan Maluku setelah mengarungi Samudra Hindia. Para pedagang ini kemudian menguasai pasar Eropa melalui kota-kota pelabuhan seperti Konstatinopel. Abad ke-14 adalah merupakan masa perdagangan rempah-rempah Timur Tengah yang membawa agama Islam masuk ke Kepulauan Maluku melalui pelabuhan-pelabuhan Aceh, Malaka, dan Gresik, antara 1300 sampai 1400. Pada abad ke-12 wilayah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya meliputi Kepulauan Maluku. Pada awal abad ke-14 Kerajaan Majapahit menguasai seluruh wilayah laut Asia Tenggara. Pada waktu itu para pedagang dari Jawa memonopoli perdagangan rempah-rempah di Maluku.
Dimasa Dinas Ming (1368 - 1643) rempah-rempah dari Maluku diperkenalkan dalam berbagai karya seni dan sejarah. Dalam sebuah lukisan karya W.P. Groeneveldt yang berjudul Gunung Dupa, Maluku digambarkan sebagai wilayah bergunung-gunung yang hijau dan dipenuhi pohon cengkih ? sebuah oase ditengah laut sebelah tenggara. Marco Polo juga menggambarkan perdagangan cengkih di Maluku dalam kunjungannya di Sumatra.
LAMBANG MALUKU
Perisai
Sebuah alat pembela diri melambangkan kesiap-siagaan. berbentuk 5 (lima) segi melambangkan LIMA DASAR POKOK NEGARA "PANCASILA" Berukuran 5 : 3 dalam satu wadah yang bulat, melambangkan PANCASILA DAN EKA SILA, adalah seluruh potensi Maluku
Pucuk Kelapa
Kelapa adalah hasil utama daerah maluku Utara melambangkan potensi kemakmuran. Jumlah pucuk kelapa 17 (tujuh belas) buah melambangkan hari ke-17 dari bulan PROKLAMASI. Warna kuning melambangkan kejayaan
Mutiara
Hasil yang khas dari Daerah Maluku Tenggara Jumlah Mutiara 8 (delapan) butir, melambangkan bulan ke-8 dari tahun PROKLAMASI Warna putih melambangkan kemurnian.
Daun Sagu
Sagu adalah makanan pokok di Maluku melambangkan daya hidup (vitalitas) Jumlah daun sagu adalah 45 (empat puluh lima) melambangkan/menyatakan Tahun PROKLAMASI. Warna hijau melambangkan kehidupan dan harapan
Cengkih dan Pala
Hasil utama Daerah Maluku Tengah melambangkan Daerah Maluku sebagai kepulauan rempah-rempah, kekayaannya dimasa lampau dan kemungkinan-kemungkinan dimasa depan.
Tombak
Melambangkan kemauan dan tekad untuk mempertahankan meningkatkan hidup.
Gunung
Daerah Maluku bergunung-gunung yang melambangkan 3 daerah Maluku Utara, Maluku Tengah, Maluku Tenggara yang dalam sejarah adalah satu Gunung-gunung yang hijau melambangkan kekayaan hasil hutan yang berlimpah-limpah
Laut
Melambangkan infrastruktur utama dan kekayaan laut Maluku
·         Gelombang melambangkan perjuangan.
·         Gelombang berjumlah 9 (sembilan) melambangkan patasiwa dan 5 (lima) melambangkan patalkima sebagai dasar susunan kesatuan masyarakat Adat di Maluku
·         Warna biru melambangkan kesetiaan kepada Nusa dan bangsa.
Perahu
Melambangkan Pemerintahan yang didasarkan atas Persatuan dan Kekeluargaan menuju Kemakmuran Warna putih melambangkan perjuangan hidup yang suci.
Wada Lambang Yang Berbentuk Bulat
berarti semen bundeling dari segala potensi dengan dasar merah sebagai tanda keberanian.
Warna Dasar Lambang Hijau Muda
melambangkan masa yang gilang-gemilang
Siwa-Lima Milik Bersama
atas dasar Siwa Lima, kita memupuk Persatuan dan Kesatuan untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Sumber Daya Alam Provinsi Maluku
Salah satu yang menjadi motor penggerak perekonomian Provinsi Maluku adalah sektor pertanian, Luas penggunaan lahan untuk hutan lindung 779.618 hektar, hutan suaka alam dan wisata 475.433 hektar, hutan produksi tetap 475.433 hektar, dan untuk lahan persawahan pada 2005 seluas 3.469 hektar, sedangkan untuk sawah tadah hujan 1.065 hektar.
Produksi padi sawah pada 2005 sebesar 32.836 ton akan naik sebesar 4,89% dibandingkan dengan sebelumnya, yaitu 31.304 ton. Produksi padi ladang sebesar 4.403 ton atau turun sebesar 9,10% dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 4.844 ton.
Produksi palawija mengalami kenaikan diantaranya: jagung pada 2004 sebesar l2.477 ton menjadi 14.262 di tahun 2005 atau naik sebesar 14,31%, kacang tanah dari 1.876 ton menjadi 2.508 ton atau naik sebesar 33,69%. Demikian juga dengan abi kayu pada 2005 sebesar 94.995 Lon naik sebesar 3,99% dari tahun 2004, sedangkan ubi jalar naik dari 15.298 ton pada 2004 menjadi 16.701 ton di tahun 2005 atau naik 9,17%.
Perkebunan di Provinsi Maluku adalah perkebunan rakyat dengan angka produksi di tahun 2005 sebanyak 69.175 ton, cengkeh sebesar 12.765 ton, pala sebesar 1.998 ton, coklat sebesar 4.185 ton, kopi sebesar 734 ton, jambu mete sebesar 2.068 ton dan kapuk sebesar 182 ton. Sedangkan hasil kehutanan yang terbesar kayu bulat, dengan total produksi pada 2005 sebesar 124.213,18 m³ mengalami penurunan sebesar 32,91% dari tahun 2004, yaitu 185147,36 m³.
Jumlah ternak untuk tahun 2005, antara lain: sapi sebanyak 66,578 ekor, kerbau 22,607 ekor, kambing 146,193 ekor, domba 13.873 ekor, babi 110,896 ekor dan kuda 8.820 ekor. Produksi perikanan di tahun 2004 sebesar 425.671,4 ton, naik menjadi 453.380,6 ton atau sebesar 6,51% di tahun 2005.

Flora dan Fauna                                     
Flora

Anggrek Larat (Dendrobium phalaenopsis) termasuk anggrek langka dari Maluku. Bahkan anggrek Larat termasuk satu dari 12 spesies anggrek langka yang dilindungi di Indonesia. Anggrek Larat (Dendrobium phalaenopsis) juga ditetapkan sebagai flora identitas provinsi Maluku.
Anggrek ini dinamakan Anggrek Larat lantaran pertama kali ditemukan di pulau Larat, Tanimbar, Maluku. Namun lantaran keindahannya itu, semakin hari anggrek larat semakin langka di habitat aslinya.

Fauna


Burung Nuri Raja Ambon (Alisterus amboinensis) layak menjadi burung khas Maluku. Burung berparuh bengkok yang sering disebut Nuri Raja saja ini memang ditetapkan menjadi fauna identitas provinsi Maluku. Anugerah yang pantas bagi burung Nuri Raja yang mempunyai bulu indah ini meskipun terkesan norak.
Burung Nuri Raja Ambon sering disebut Nuri Raja saja. Hewan ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Moluccan King-parrot, Ambon King Parrot, atau Amboina King Parrot. Sedangkan dalam bahasa latin burng endemik Maluku ini disebut Alisterus amboinensis.
Nuri Raja atau Amboina King Parrot (Alisterus amboinensis) merupakan satu dari 3 anggota King Parrot (Genus: Alisterus) selain Nuri Raja Papua atau Papuan King Parrot (Alisterus chloropterus) dan Nuri Raja Australia atau Australian King Parrot (Alisterus scapularis).




 Referensi :